22 November 2015

Pertimbangan Rekam Jejak Untuk Efektivitas Pemerintahan "michelle geraldine"

Pertimbangan Rekam Jejak Untuk Efektivitas Pemerintahan

     

Telah lama pemimpin Indonesia sering dihantui oleh masa lalu dan transaksi politik yang membuat para pemimpin tidak mampu bekerja secara maksimal. Dalam hal ini, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD berpendapat bahwa rekam jejak harus di pertimbangkan oleh masyarakat.

Dalam seminar “Menciptakan Lembaga Kepresidenan yang Efektivitas dan Efisien untuk Kesejahteraan Rakyat” yang di gelar Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Majelis Permusyawaratan Rakyat,       Senin (2/12), di Kompleks Parlemen, Jakarta. Mahfud berpendapat bahwa ada 2 sebab presiden tidak akan bekerja secara efektif. Yang pertama, sandera masa lalu yang artinya Presiden itu memiliki cacat atau kesalahan dimasa lalu yang membuatnya tidak tegas, karena khawatir kesalahannya diungkit kembali. Kedua, karena sandera berupa transaksi politik yang artinya seorang pemimpin tidak tegas karena terikat dengan perjanjian atau kesepakatan sebelumnya.

“Karena itu jangan baca visi dan misinya (pemimpin) karena itu dibuatkan. Lihat rekam jejak dan pandangan-pandangan yang tidak ditulis dalam bentuk buku. Dari situ akan terlihat visi, orientasi, dan arah prilakunya kalau dia terpilih,” tutur Mahfud.

Selain Mahfud, seminar ini juga menghadirkan Wakil Presiden 2004-2009 Jusuf Kalla dan penyanyi Rhoma Irama. Jusuf Kalla memiliki pandangan yang hampir sama dengan Mahfud. Menurut dia, bukan sistem pemerintahan yang salah sehingga membuat lembaga kepresidenan tidak berjalan efektif melainkan pemimpin yang menjalankan pemerintahan tersebut apakah sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya.

“Tahun 1965 dan 1998 mengajarkan deficit ekonomi menghasilkan instabilitas dan jatuhnya rezim penguasa. Pemimpin Negara harus berani tidak mengambil keuntungan bagi pribadi dan kelompok saat dirinya berkuasa. Pemimpin pun harus tahu masalah yang sedang dihadapinya dan mengambil keputusan,” kata Kalla.

Kalla berharap, kepemimpinan populis yang hanya mengandakjan pencitraan kelak tidak ada lagi. Masyarakat Indonesia diharapkan bisa memilih pemimpin yang baik untuk membawa Indonesia keluar dari lingkaran negative saat ini.

Michelle Geraldine Irawan (TtN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar