23 November 2015

Antisipasi Aksi Teror Diperkuat

JAKARTA, KOMPAS – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme memperkuat kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengantisipasi potensi aksi teror. BNPT juga memprioritaskan pengamanan lokasi yang rentan menjadi sasaran aksi teror menjelang akhir tahun 2015.

            Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Saud Usman Nasution mengatakan, prioritas pengnamanan yang dilakukan antara lain tempat ibadah, tempat hiburan, hotel, pusat keramaian dan permukiman. “Pengamanan ini melibatkan mulai dari otoritas keamanan, pemerintah daerah, hingga rukun tetangga,” kata Saud. Prioritas wilayah pengamanan, lanjutnya, terutama di wilayah yang pernah terjadi aksi teror, seperti Jakarta, Bali, Makassar, Ambon, Aceh dan Papua.
            Salah satu lokasi yang membutuhkan perhatian ekstra adalah bandar udara sebagai pintu lalu lintas orang dari sejumlah negara. Fasilitas media sosial juga tak luput dari pengawasan untuk mengetahui pergerakan jaringan orang-orang yang diduga berbahaya. Kapolri Jendral Badrodin Haiti juga mengatakan, Polri telah memetakan lokasi-lokasi yang mendapat prioritas pengamanan, terutama menjelang akhir tahun 2015 dan tahun baru 2016.
            Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj saat memimpin wisuda Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) di Cirebon, Jawa Barat, Jumat, mengingatkan masyarakat dan lulusan UNU agar tak tremakan agenda NIIS yang intoleran dan tidak menggambarkan semangat Islam sebagai rahmat bagi alam semesta. “Umat Islam di Indonesia harus tenang dan bangga dengan prinsip-prinsip bangsa kita sendiri yang membawa kedamaian,” kata Said yang juga Rektor UNU Cirebon.
            Ia mengungkapkan, agenda NIIS tahun 2017 adalah menguasai Asia dan pada 2022 ingin mendirikan kekhalifan dengan ibu kota di sekitar Tajikistan atau Uzbekistan. Said meminta umat Islam di Indonesia, utamanya kaum intelektual bersiap menfhadapi isu-isu provokatif tersebut. “Jika NIIS masuk ke Indonesia, sikap kita tegas, yakni menolak ajaran mereka,” ucapnya. Said mengutip ajaran KH Hasyim Ashari, pendiri NU, yang mengatakan, membela tanah air wajib dilakukan oleh individu.
            Dalam kesempatan yang sama, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir menytakan, pihaknya berupaya menangkal radikalisme berkembang di lingkungan perguruan tinggi. Nasir menyebutkan, Kemristekdikti bekerja sama dengan Polri, TNI dan Kementerian Dalam Negeri. Kemristekdikti juga akan menanamkan wawasan kebangsaan dan bela negara di lingkungan perguruan tinggi agar mahasiswa lebih memahami nasionalisme dan kebinekaan.

Evi Elvina (TTN)
00000000402

Tidak ada komentar:

Posting Komentar