19 November 2015

Mengantisipasi Banjir

"Ketenangan Warga Ibu Kota Dikala Hujan Meyapa"

JAKARTA - Hujan yang baru saja menyapa ibu kota Jakarta mengirimkan pesan waspada. Bendungan Katulampa mendadak siaga satu, pertanda bagi warga pinggiran Sungai Ciliwung. Namun, bagi sebagian warga merasa lebih tenang karena membuat infrastruktur menjadi lebih baik. 

"Baru setahun terakhir bisa kerja tenang. Alat kerja komplete, canggih-canggih, pompa air dan pasokan listrik terjamin," ujar Parman (33) memgobrol dengan Dongan (42), teman sesama petugas harian lepas Dinas Kebersihan DKI Jakarta sekaligus operator alat berat perairan.

sumber: tempo.co

Waduk dan Stasiun Pompa Pluit adalah salah satu infrastruktur pemting bagi drainase Ibu Kota. keberadaannya mengamankan area seluas 34,2 kilometer persegi, mencangkup kawasan berniaga, infrastruktur transportasi massal, dan bangunan vital, termasuk Istana Negara.

Awal 2013, kawasan Pluit, Jakarta Utara, diterjang banjir besar. Genangan hingga 2,5 meter tak surut hingga lebih dari lima hari. Penyebabnya, beberapa pompa dan generator rusak terendam dan pasokan listrik terputus, puluhan pompa mobil dikerahkan namun tak kunjung menyedot genangan.

Sungai yang mengalir ke Waduk Pluit, seperti Opak, Pakin, dan Jelakeng, bersih dari sampah. Air mengalir lancar karena selisih muka air terjaga. Kenyamanan di rusunawa juga dirasakan sebagian warga Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, yang direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat.
Rusunawa itu kini digunakan pula sebagai tujuan mengungsi oleh korban banjir, seperti terlihat pada Senin lalu. Korban banjir itu sebaguan warga Kampung Pulo yang belum mendapat giliran proyek revitalisasi sungai. 

Sejak Agustus lalu, Rusunawa Jatinegara Barat menjadi tempat relokasi bagi lebih dari 500 keluarga di Kampung Pulo yang terkena proyek normalisasi Ciliwung. Relokasi sempat alot karena hampir semua warga menolak pindah ke rusun.

Kini, rusunawa itu juga di pakai warga untuk mengungsi. Sofyan (60), warga Kampung Pulo, mengungkapkan lebih nyaman di rusun saat Ciliwung meluap. Namun untuk pindah dan tinggal di rusun, ia tetap merasa berat dan memilih tinggal di Kampung Pulo.
"Yang tinggal di rusun ini anak saya. Saya sendiri masih di Kampung Pulo," katanya.

Sofyan masih enggan pindah ke rusunawa mengikuti anaknya karena sejak lahir sudah tinggal di Kampung Pulo.


SHELLY MELIANI (TTN)
00000001113

Sumber: kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar