21 November 2015

100KG pun Kuangkat Untuk Keluargaku

          
Admin sedang melakukan pekerjaannya
Hiat! Hiat! Hiat! Seru seorang bapak dengan tubuh kecil, sedang mengangkat beban yang cukup berat, yang ternyata adalah sebuah karung yang berisi 100 kilogram biji kopi. Ternyata tidak hanya satu yang ia angkat, tetapi berkarung-karung hingga sebuah mobil pengangkut barang tersebut kosong. Cucuran keringat di sekujur tubuh, menjadi bukti rasa lelahnya. Tetapi rasa lelah tidak membuat ia berhenti melakukan tugasnya. Siapakah bapak itu?

Bapak itu bernama Admin(45), bukan orang yang terkenal, bukan seorang artis, ia hanya seorang buruh harian lepas yang bekerja di sebuah gudang kopi di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Berangkat dari kota kelahirannya, Ciamis di Jawa Barat, Admin pergi mencari pekerjaan ke Jawa Timur. Hingga akhirnya pekerjaan yang Admin dapatkan adalah menjadi buruh harian lepas, sejak saat itu hingga sekarang telah lebih dari 15 tahun ia menjadi seorang kuli angkut di gudang kopi tersebut. “Admin ini sudah lama kerja sama kami, udah dari anak-anak saya masih kecil, sampai anak saya sekarang udah ada yang menikah, ada yang sarjana,” kata Andy(57) sang pemiliki gudang.

Demi mendapatkan pekerjaan, Admin rela meninggalkan istri dan kedua putrinya. “Ya, kasian kalau keluarga dibawa kesana kemari, mending saya aja yang berangkat,” kata Admin. Pada awalnya Admin sempat mengajak keluarganya untuk berpindah, tetapi karena harus menyesuaikan dengan tempat yang baru dan belum tentu keluarga bisa cocok dengan cepat. Admin mengambil keputusan dengan ia tetap bekerja disana, sedangkan istri dan anaknya kembali ke Ciamis.

Admin dan teman kerja
Bekerja di tempat yang jauh dari keluarga, tidaklah mudah. Apalagi untuk Admin yang memiliki penghasilan pas-pasan. Untuk tempat tinggal pun, Admin menumpang di rumah salah satu karyawan gudang, bernama Geger(48). “Kasian aja yahmending uangnya buat ditabung untuk anak-anaknya, toh di rumah saya juga masih ada tempat kosong,” ucap Geger. Disela-sela kesusahan yang ia alami, Admin tetap bersyukur, meskipun jauh dari keluarganya tetapi teman-teman maupun boss di tempat ia bekerja, semuanya memperlakukan ia sangat baik. Bahkan sudah menganggap Admin sebagai bagian dari keluarga mereka.          

Rasa rindu akan istri dan anak-anaknya pasti akan selalu menyelimuti pria kelahiran Ciamis ini. Mata yang tidak dapat melihat pertumbuhan anaknya setiap hari hingga bulan. Tidak dapat melihat paras cantik istrinya. Tidak dapat pula memeluk mereka, menggandeng tangan mereka pun Admin tidak bisa. Jadwal untuk Admin pulang pun tidak tentu, yang pasti adalah saat Hari Raya Idul Fitri. Untuk mengurangi rasa rindunya, hanya bisa dilakukan dengan menelepon istrinya, untuk berbicara dengan anak-anaknya. Tetapi mendengar suaranya sudah cukup mengobati rasa rindu Admin kepada keluarganya.

Rasa sayangnya kepada keluarganya tidak ditunjukkan melalui seberapa keras  ia bekerja. Admin rela meninggalkan keluarganya bukan karena ia tidak peduli terhadap keluarganya, ia rela melakukannya supaya ia bisa menghidupi keluarganya. “Cari kerja kan susah sekarang, selagi ada pekerjaan yang saya bisa, ya mau gimana lagi. Yang penting kerjanya halal,” kata Admin. Tidak masalah baginya, harus merasakan lelah akibat mengangkat ribuan kilogram biji kopi. Asal apa yang ia hasilkan dapat menyenangkan istri dan kedua putrinya tersebut.

“Selagi istri dan anak saya terkecukupi, dan yang penting anak saya senang, saya juga senang-senang aja melakukan pekerjaan ini,” ucapnya di tengah-tengah kelelahan setelah mengangkat begitu banyak karung.

Prioritas utama dari seorang ayah adalah istri dan anaknya. Kebahagiaan anak menjadi kunci nomor satu, bagi seorang ayah. Seorang ayah tidak akan pernah mengeluh seberapa lelah ia bekerja. Ia tidak ingin membuat keluarganya merasa khawatir. Oleh karena itu seorang ayah adalah seorang Superman, tanpa jubah dan tanpa kostum. Tetapi apa yang diperjuangkan melebihi seorang superhero melawan musuhnya. Tidak pernah meminta balas budi, selalu memberi tiada henti. Itulah sosok ayah, yang terkadang kita kesampingkan. Surga memang di telapak kaki ibu, tetapi tanpa ayah kita juga tidak akan melihat Surga tersebut.



Valencia Natasha (TuA)

00000002089

Tidak ada komentar:

Posting Komentar