6 September 2015

Pesta Rakyat Kota Bogor

Matahari sudah mulai tenggelam, langit pun mulai petang. Jalanan sudah mulai ditutup, sesak serta suara bising kendaraan sudah mulai padam. Orang-orang berjalan berbondong-bondong memenuhi pinggiran jalan dengan penuh antusias. Dari kejauhan terdengar samar samar suara nyaring gong, simbal serta tabuhan drum. Lampu-lampu dari lampion dan mobil hias turut memberikan warna pada pesta ini. Parade pesta rakyat akan segera dimulai. Semua warga turut serta membangun suasana serta kemeriahan perayaan. Inilah suasana yang terjadi di jalan Suryakencana no 1, Bogor.

Pesta rakyat atau identik dengan sebutan Cap Go Meh merupakan puncak perayaan pada tahun baru masyarakat Tionghoa. Parade ini di gelar di sepanjang jalan Suryakencana No 1, Bogor, dimana itu adalah urat nadi masyarakat Bogor. Pesta ini sangat merakyat, tidak pandang bulu, semua orang dari berbagai budaya, agama, ras, boleh ikut serta merayakan dan menikmatinya. Pesta yang dilakukan di publik ini menarik banyak perhatian masyarakat. Tidak hanya bernuansa imlek yang dimeriahkan dengan liong dan barongsai, tetapi pesta rakyat ini juga turut memberikan sentuhan nuansa kebudayaan Indonesia. Tarian khas papua, tarian Reog Ponorogo, Topeng Ringrang, Reog Dog Dog Sunda, sisingaan, tanjidor, gambang kromong turut meramaikan perayaan ini. ‘Dengan adanya perayaan ini semoga masyarakat Bogor bisa menerima dan menghargai perbedaan yang ada’ jelas Arifin Himawan ketua umum perayaan Cap Go Meh. 

     'Setiap tahun oma saya selalu mengajak cucu cucu-nya untuk berkumpul dan menonton bersama’ cerita Christian, warga Bogor yang selalu setia menyaksikan Cap Go meh bersama keluarga besarnya. Cap Go Meh tidak hanya untuk menghibur warga dan membentuk kebersamaan , tetapi ini juga merupakan waktu yang tepat untuk keluarga besar berkumpul bersama. Keluarga-keluarga keturunan tionghoa maupun tidak, menggunakan kesempataan ini untuk berkumpul, baik hanya untuk menonton pesta rakyat ini bersama-sama atau bahkan mengadakan acara keluarga dimalam perayaan ini. Biasanya keluarga keturunan tionghoa menyempatkan waktu untuk makan keluarga dahulu sebelum akhirnya mengakhiri hari perayaan ini. ‘Biasanya kita makan keluarga dulu di restorant terdekat sebelum menonton cap go meh’, ujar Jessica, warga keturunan tionghoa.

Kekompakan dan kebersamaan para warga dapat terlihat saat ikut serta meramaikan dan menghidupkan suasana pesta. Panjangnya parade ini biasanya mencapai 1000 M, dan diikuti oleh ribuan peserta. Banyak warga yang turut berkontribusi menjadi peserta. Peserta-peserta datang dari banyak kalangan dan golongan. Tidak hanya orang dewasa saja yang ikut memeriahkan acara ini, tapi anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, hingga orang-orang yang sudah lanjut usia. ‘saya senang ikut meramaikan acara ini, dan membantu membawa lampion disepanjang jalan’ kata Yeti, ibu rumah tangga, warga yang turut menjadi peserta. Acara pesta rakyat kota bogor ini disajikan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Mengingat pesta ini mendapat dukungan positif dari walikota Bogor Bima Arya.

     Parade liong barongsai serta penampilan yang menunjukan kebudayaan Indonesia sudah menjadi suatu keharusan untuk pesta rakyat ini. Untuk mengantisipasi agar warga tidak jenuh, dari tahun ketahun perayaan ini selalu menyajikan sesuatu yang baru, agar membuat penonton tetap antusias dan mendukung perayaan ini. Tahun 2014 lalu, parade mobil hias dengan membawa masing-masing shio menjadi sesuatu hal baru yang menarik perhatian para warga serta para pengunjung. Di tahun 2015 ini para pengurus Cap Go Meh mencari sesuatu hal baru yang dapat menarik minat warga dan pengunjung. Direncanakan adanya lampion berbentuk naga sepanjang 50 M yang diyakini sebagai sebagai naga terpanjang dalam sejarah perayaan Cap Go meh di Bogor.
(Priscilla Finda Himawan/1305001673)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar