Ricky ngos-ngosan. Namun kakinya tetap berusaha mengikuti irama gendang, tambur, dan simbal yang menggema di penjuru mall. Ratusan penonton berdesak-desakan untuk menyaksikan atraksinya. Happppp…. Happp….Lompatan jarak jauh singa merah tersebut membuat penonton berdecak kagum. Tak hentinya tubuhnya berlenggak-lenggok dari satu tiang ke tiang yang lain dengan luwesnya.
Itulah sekilas aksi pemain barongsai yang mengabdikan dirinya di perkumpulan barongsai Indonesia, Kong Ha Hong sejak ia berusia 8 tahun.
Sebelum menjadi pemain barongsai Ricky selalu ogah-ogahan setiap kedua orang tuanya mengajaknya untuk menonton atraksi lion dance tersebut. Ketertarikan Ricky pada atraksi ini dimulai pada saat ia menonton televisi yang menyajikan siaran perlombaan barongsai. “Saya menjadi tertarik, saat melihat bagaimana bisa singa merah tersebut yang digerakkan oleh sejumlah orang dan itu bisa nggak jatuh sama sekali,” Ujar Ricky.
Hal tersebut mendorong Ricky untuk terjun menekuni tarian barongsai. Sejak saat itu Ricky langsung meninggalkan kampung halamannya dan mulai menekuni tarian tersebut di Jakarta. Setelah itu ia mulai bergabung di dalam perkumpulan Kong Ha Hong selama hampir 7 tahun. Ricky merasa bahwa barongsai adalah “urat nadinya”. Kegemarannya akan barongsai ini membuatnya tetap bisa menikmati perayaan imlek walau harus dihiasi dengan keringat demi mencari uang. “Sejak saat saya bergabung, menari barongsai ini sudah jadi hobi baru saya, sama lah sama kayak anak-anak yang suka main sepak bola. Ya saya sukanya main jadi barongsai,” ujar Ricky
Setelah menjadi pemain barongsai Ricky tidak pernah lagi merasakan kebahagiaan imlek dengan berkumpul bersama keluarganya. Rasa kangen yang kadang tidak tertahankan hanya bisa ia lampiaskan dengan mendengar suara keluarganya melalui handphone. “Jangankan imlek, semenjak saya menekuni dunia barongsai ini, saya tidak pernah lagi berjumpa dengan keluarga saya. Suka ngiri dan sedih banget kalau liat saat imlek banyak keluarga yang bersama. Cuma itu tanggung jawab saya menekuni bidang ini,” katanya.
Segala kesedihan yang ia rasakan tidak menghalanginya untuk terus melakoni pekerjaanya sebagai penari singa merah tersebut. Apalagi saat sudah mendekati imlek, dirinya akan dihadapkan dengan beragam acara atraksi di berbagai tempat. Maka itu kesibukannya membuat dirinya dapat terlepas dari segala kegalauan mengenai keluarganya. “Kalau sudah mau imlek, apalagi imleknya itu sih padat bener jadwalnya, jadi berusaha supaya gak mikir yang aneh-aneh atau sedih-sedih lah. Yang penting kerja saja,” Ujarnya sambil meringis.
Untuk menjadi pemain barongsai bukanlah suatu hal yang mudah, sangat dibutuhkan keterampilan dan keseimbangan. “Memilih pemain barongsai saja kami tidak sembarangan. harus yang benar-benar punya kemampuan tidak sekedar bisa. Ricky sudah kami latih dulu 1 tahun full agar gak beresiko juga, Jangan kira main barongsai gampang, kan harus bisa kompak, menjaga keseimbangan. Dan itu gak mudah!” Ujar Wong (69) selaku pelatih Kong Ha Hong.
Barongsai yang ditekuni oleh Ricky adalah barongsai tonggak. Barongsai bewarna merah yang memiliki panjang 3,5 meter ini merupakan jenis barongsai yang paling beresiko. Untuk penampilanya para pemain harus berdiri diatas tiang yang mencapai 2 meter, sambil melakukan atraksi melompat, dan menari. Bayangkan saja, tidak ada pengaman sama sekali. Bila salah menginjak tiang maka malah bisa game over. “Banyak sih pemain yang sering cedera, ya sudah resiko besar lah. tetapi kita di Kong Ha Hong punya klinik sendiri untuk menangani resiko seperti itu, biasa kita sih di klinik Chen Tung di daerah Jakarta Barat,” ujar Ricky.
Namun, walau harus sering menghadapi perang batin antara pekerjaan dan keluarga dan dihadapkan dengan berbagai resiko keselamatan. Ricky tetap selalu berjuang mati-matian untuk serius menggeluti pekerjaannya menjadi pemain barongsai. Cita-citanya untuk menjadi pemain barongsai internasional membuat keluarga bukan menjadi penghambat dirinya, melainkan sebagai motivasinya untuk dapat berkarir. “Memang sih beresiko sangat berat untuk menjadi pemain barongsai,selain jauh dari keluarga juga ya resiko keselamatan. Tetapi selama menjadi pemain barongsai saya banyak dapat pengalaman berharga yang mungkin tidak bisa diperoleh dimana-mana. Dan saya juga ingin agar nantinya ayah dan ibu bisa melihat saya menjadi pemain barongsai internasional,” ujar Ricky.
Memang Ricky tidak bisa merayakan imlek seperti remaja pada umumnya dengan berbagi kebahagiaan dan canda tawa bersama keluarga. Tetapi keringat yang menetes karena kegigihannya menjadi pemain barongsai membuat ia memiliki kebahagiaan dengan caranya sendiri yang simple.
Editor: Cheryl Antoinette
Tidak ada komentar:
Posting Komentar