Petasan meneriakkan suaranya, merah dan emas mewarnai penuh makna, kerumunan orang memasuki vihara, angpao memeriahkan suasana, barongsai menarikan tubuhnya. Seperti itulah keadaan saat perayaan Tahun Baru Cina di daerah Teluk Betung, Bandar Lampung.
Banyak orang yang belum mengetahui atau salah
kaprah tentang arti Imlek. Mereka menyebut Imlek dengan sebutan hari Imlek atau
hari raya Imlek, padahal, Imlek merupakan sistem penanggalan yang dipercaya
oleh umat Buddha atau kepercayaan etnis Cina. Tahun baru Imlek jatuh bertepatan
dengan tanggal 19 Februari 2015 penanggalan masehi. Seseorang yang menyebut
tanggal 19 Februari sebagai hari Imlek berarti salah kaprah terhadap pengertian
Imlek. Penyebutan dengan lafal seperti itu sama artinya dengan menyebut hari
masehi atau hari hijriah.
Suherman, pengurus Vihara Thay Hin Bio,
mengungkapkan, salah kaprah yang lain dari kebanyakan orang adalah mengucapkan
Imlek sebagai hari raya Imlek. Padahal, Imlek sama halnya seperti hijriah
ataupun masehi. Persamaan kata tersebut tidak bisa disebut sebagai hari raya
umat beragama. "Makanya masih banyak orang yang salah kaprah. Imlek itu
bukan hari raya, melainkan sistem penanggalan. Dari penanggalan Imlek baru deh
ada macem-macem hari raya seperti cap gomeh, hari raya kue bulan, dan
lain-lain," kata Suherman.
Tahun ini, hampir sama dengan tahun-tahun
sebelumnya. Perayaan Tahun Baru Cina sangat ditunggu-tunggu kehadirannya oleh
kebanyakan orang yang bertempat tinggal di Bandar Lampung, lebih tepatnya
daerah Teluk Betung. Tahun Baru Cina sangat meramaikan daerah Teluk Betung
karena daerah itu banyak ditinggali oleh orang-orang yang beretnis Cina.
Ditambah lagi dengan adanya ornamen-ornamen yang ramai menghiasi daerah
tersebut. Ternyata, ornamen-ornamen tersebut tidak hanya sekedar menghiasi
perayaan Tahun Baru Cina, tetapi juga mempunyai makna yang berbeda-beda dari
setiap ornamen seperti lentera merah, petasan, koin cina kuno, dan sebagainya.
Lentera merah, ini merupakan ornamen yang
popular untuk menggambarkan perayaan Imlek. Lentera ini merupakan simbol dari
kemakmuran bagi budaya Tionghoa. Kita akan menemukannya banyak digantung di
berbagai tempat jika sudah mendekati Tahun Baru Cina. Lalu ada juga petasan.
Petasan yang dibuat dengan warna terang dan mengkilap ini biasa digunakan saat
perayaan Tahun Baru Cina karena petasan dipercaya sebagai pengusir roh jahat
yang akan menghampiri rumah. Petasan ini biasanya akan digantung di pintu masuk
dan menghiasi dinding taman. Suara yang ditimbulkan oleh petasan ini juga dapat
menambah kemeriahan suasana perayaan Tahun Baru Cina. Selain petasan, ada juga
ornamen-ornamen yang sudah kuno, seperti koin cina kuno. Koin Cina kuno ini
juga sering digunakan sebagai hiasan di dalam ruangan. Biasanya koin ini
didesain dengan tiga koin yang diikat dengan tali merah untuk melambangkan
keberuntungan. Selain itu, koin ini juga merupakan simbol dari kekayaan dan
kemakmuran.
Ornamen-ornamen tersebut tidak hanya
digunakan untuk menghiasi Vihara, melainkan juga untuk menghiasi rumah-rumah
orang yang merayakan perayaan tersebut. “Kalo di rumah gua sih ada
ornamen-ornamen cina setiap tahun untuk ngehias rumah, tapi memang gak seheboh
yang biasanya ada di Vihara-vihara,” jawab Nico saat ditanyai tentang ornamen
yang terdapat di rumahnya.
Selain dipenuhi dengan ornamen, Tahun Baru Cina
juga diramaikan dengan kehadiran Barongsai. Cukup banyak orang yang mengira
bahwa Barongsai adalah seekor naga, tetapi tidak, Barongsai adalah sebuah
boneka yang menyerupai singa yang dulu digunakan untuk mengusir para penjahat
dan ternyata cara tersebut berhasil. Alhasil, Barongsai menjadi legenda hingga
sekarang dan selalu hadir di setiap perayaan Tahun Baru Cina. “Saya sudah
bekerja sebagai pemain Barongsai sejak saya umur 15 tahun dan sejak tahun 2013
saya dan teman-teman diajak untuk mengisi acara di Vihara ini,” saut Danang
sebagai salah satu pemain Barongsai saat ditemui di Vihara Thay Hin Bio.
Dwipantara Oe
00000001864
Tidak ada komentar:
Posting Komentar