Bentuk menakutkan, khasiatnya menakjubkan
Garukan tangan berbunyi setiap detik seperti kapur menyentuh papan tulis. Darah melimpah berjatuhan seperti hujan yang tiba pada musimnya. Tak dapat tertolongkan perasaan panas di seluruh badan, seakan dikelilingi oleh kobaran api. Beginilah perasaan Ginanjar ketika seluruh badannya mengalami iritasi kulit.
Berbagai ramuan adat jawa telah dicoba oleh dosen dan juga seorang Ibu, Endang Pudjiastuti (47) untuk menyembuhkan anak sulungnya, Ginanjar. Dia mengalami gatal-gatal di seluruh badanya yang semakin lama semakin tak tertahankan. Setelah pergi ke beberapa klinik sekitar Bandung, gatal-gatalnya pun tidak terlihat membaik dan obat-obatan yang diberikan tidak begitu membantu.
“Aku udah keliling setiap sudut Bandung kali ya, tapi ngga ada yang bener deh klinik-klinik disini” ujar Ibu Endang.
Pada akhirnya beliau duduk manis di depan komputer dan mulai mencari informasi-informasi untuk menyembuhkan alergi yang anaknya miliki. Matanya terpana dengan layar komputernya, bola matanya bergerak ke kiri dan ke kanan dan bisa dikatakan bahwa sepertinya tidak ada jarak pemisah yang memisahkan bola matanya dengan layarnya. Begitu gigih ibu ini mencari solusi terbaik untuk menyembuhkan anaknya tersebut. Dan cahaya dalam ruangan-pun semakin meredup dan setelah berjam-jam duduk di kursi empuknya, akhirnya beliau menemukan solusi yang memungkinkan.
Sebelum mengatakan apa yang beliau temukan, raut wajahnya; digambarkan oleh anaknya, seperti telah mendapatkan medali yang sangat berharga di dunia ini. Pada akhirnya beliau mengatakan, “Sate Biawak.”
Sate ayam atau kambing sudah biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Sate kelinci sedang berjalan menuju ketenaran untuk makanan yang biasa untuk orang Indonesia konsumsi. Namun Sate Biawak? Makanan ini bukanlah hal yang lazim dikalangan masyarakat Indonesia.
Menurut Wikipedia, biawak tergolong repitl yang bisa dibilang kadal besa. Biasanya kulit biawak digunakn untuk pembuatan aksesoris wanita maupun pria seperti tas, sepatu, ikat pinggang dan banyak lainnya. Biawak biasanya bisa di temukan di pedesaan dan terkadang di kota-kota besar dan selama ratusan tahun, bahkan ribuan tahun, hewan ini diburu oleh manusia. Memang tertera di sejarah Indonesia bahwa daging biawak dimanfaatkan untuk bahan makanan dan untuk obat. Orang Jakarta terutama tidak banyak mendengar mengenai informasi ini, sebagian besar masyarakat yang tinggal di kota tidak tahu menahu mengenai obat traditional ini. Begitu pula keluarga Ibu Endang.
Ketika pertama kali mendengar bahwa Ibunya akan memberikan Ginanjar daging Biawak untuk menyembuhkan iritasi kulitnya, dia tercengang dan meragukan pilihan ibunya itu.
“Pas pertama kali gue denger kalo nyokap mau nyuruh gue makan daging biawak, gue merinding gila. Jujur aja, gue sih sebenernya jijik banget mikirin itu, iiiiuuh.”
Setalah semalaman Ibu Endang meneliti mengenai daging biawak, beliau bergegas pergi pukul 8 pagi untuk membelikan anaknya daging biawak. Terletak tidak jauh dari kediaman mereka, di Cikole, Lembang terdapat Sate biawak yang dijual di salah satu kios di jajaran pedagan jagung bakar, Tangkuban perahu. Ketika sampai di tempat tujuan, beliau membelikan 20 sate biawak, dimana per 10 tusuk harganya sekitar 60 ribu.
Dosen Psychology di Universitas Islam Bandung ini menunggu sekitar 15 menit untuk sate biawak dan setelah membayarnya beliaupun masuk kedalam mobil dan berkendara pulang. Tanpa memberikan piring ataupun sendok garpu, bu Endang menyuguhkan kantong plastik yang berisikan sate biawak kepada Ginanjar dan menyuruhnya untuk memakannya. 20 tusuk sate biawak ini dihabiskan dalam waktu 2 hari dan ketika sudah habis, sang ibu pergi ke warung sate biawak dan memblikan Ginanjar sate biawak.
Hal ini berlanjut hingga 2 minggu dan sudah terlihat bahwa kulit Ginanjar semakin membaik.
“2 minggu sih pertama sih gue udah liat progress, dan kulit gue tuh udah ga gatel gitu di minggu pertama. Kira-kira gue makan daging biawak tuh selama 3 minggu deh sampe kulit gue bener-bener sembuh. Sampe ga gatel gitu deh.” Ujar Ginanjar.
Memang benar sate biawak membantu mempercepat penyembuhan gatal-gatal yang dialami oleh Ginanjar, namun dia juga rajin konsultasi ke dokter untuk melihatnya. Tidak hanya dokter melihat kulitnya, namun mereka juga memberikan ginanjar salep untuk meredakan rasa gatal dan panasnya iritasi tersebut. Dokter mengatakan bahwa sate biawak sangat membantu proses penyembuhan sakit kulit ini.
Ternyata perjuangan seorang ibu tidak sia-sia. Setelah kejadian ini, hal yang selalu dibicarakan selalu saja mengenai sate biawak, dan bagaiman khasiatnya sangat menakjubkan. Ibu Endang mengatakan bahwa daging biawak sama saja rasanya dengan ayam, justru baginya lebih nikmatan makan sate biawak dibandingkan dengan sate ayam ata-pun sate kambing. Ibu Endang juga berkata pada ibu-ibu se-arisannya bahwa biawak tidak hanya untuk penyakit kulit saja, namun lain hal juga yang “menguntungkan bagi semua laki-laki yang memiliki isteri.”
Fun fact. Daging biawak banyak khasiatnya. Manfaat dari daging reptil besar ini adalah karena minyak yang terkandung didalamnya dapat menyembuhkan penyakit gatal. Tidak seperti namanya, orang-orang yang telah mencicipi hidangan ini mengatakan bahwa rasanya sama saja seperti daging ayam.
“Pas pertama gue denger Sate Biawak, gue udah males banget nyoba. Eeeeh cewek gue malah ngajakin makan sate biawak yang ada di Jakarta Barat, yaudah terpaksa nyoba gue. Ternyata rasanya sama aja kayak sate ayam, hahaha” ujar Arnold, salah satu mahasiswa yang mencicipi sate biawak di Jl. Bandungan Utara Blok A8, Jakarta Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar