Bioskop Grand Senen Jakarta yang mungkin di dengar rakyat Jakarta di era sekarang ini ,mungkin dimata orang Jakarta bioskop yang kusam,kotor,ketinggalan zaman ,bau dan sebagainya,tapi betul ketika saya mendatanginya pada tanggal 2 september 2015 saat matahari sedang mau ingin menutupi bumi sekitar jam 16:30 saya dengan saudara saya yang bernama dhito pratama datang berdua mengendarai motor,yang kita dapatkan dari info beberapa sumber-sumber yang pernah berkunjung kesana,bahwa bioskop itu susah ketika didatangi naik mobil karena tidak ada parkir mobil dan kita harus menyebrang dahulu,lalu ketika kita sampai,kita bergegas lansung mencari cari loket tiket, dan memang disaat itu saya sedikit ketakutan karena orang di sekeliling saya sangat menyeramkan ,orang lalu-lalang sambil melihat arah kita berdua,banyak bapak-bapak tua yang ada disekitar situ,dan ada kabar yang menyebutkan bahwa banyak kaum sesama jenis yang suka mangkal disitu,lalu saya tidak percaya begitu saja kalau belum datang ke TKP,lalu ketika saya membeli tiket,ternyata yang jual sudah tua sekali,dengan harga 5rb rupiah anda bisa menonton hiburan dengan sangat terjangkau.
Ketika saya membeli tiket saya dan sepupu saya ber pura-pura nanya dengan petugas loket tiket, dan nama petugas loket itu adalah Pak Karmin berumur 75 tahun dengan rambut yang sudah ber uban, saya bertanya kepada bapak karmin sudah berapa lama kerja disini? Lalu beliau menjawab “ wah saya sudah lama sekali kerja disini sudah sekitar 40 taun “ dalam hati saya wow betah sekali si bapak kerja disini,dan saya bertanya “ bapak sudah berkeluarga ? bapak kan udah tua kenapa ga istirahat aja pak dirumah? Lalu beliau menjawab “ anak saya udah gede semua ,anak saya 5 udah nikah semua terus anak anak bapa udah pada kerja sama udah ngurus anak-anaknya sendiri,saya mah kerja disini karena bosen aja kalo dirumah lagian istri juga dagang di daerah sini ” perkataan pak Karmin membuat saya cukup mengeri kenapa pak karmin tetap menjaga di bioskop tua dan kusam ini,lalu saya menanya lagi ke pada pak Karmin.
karena bapak karmin sedikit tertutup saya tidak enak bertanya tanya lebih dalam tentang dia,lalu saya bertanya “pak di dalam tuh filmnya apa aja sih ?” lalu beliau menjawab “ini film semi de, kalau di lantai 2 agak rame sama cewe “ kalo di theater 1 di lantai 1 banyak yang homo,jangan deh kalo masih normal coba coba” lalu saya bertanya lagi “ pak kalau di dalam saya mau foto bioskopnya boleh ga pak buat nyimpen kenangan-kenangan aja kalo saya udah pernah ke bioskop ini,” lalu pak Karmin menjawab “ jangan de nanti kalo ada orang yang di dalam bioskop ga suka sama ade,nanti ade kena marah sama bisa di pukuli ada kejadian wartawan aja baru datang di usir oleh penonton yang suka nonton disini” karena jawaban pak Karmin membuat saya sedikit merinding dengan sedikit penasaran lalu saya bertanya lagi “ pak kan di depan ada pos polisi terus deket sama polsek senen,kok ini tempat rasanya bebas banget ya kayak ga ada tindakan-tindakan?” lalu pak Karmin menjawab dengan suara yang bisa dibilang menyindir polisi “ yah kan pengelolanya ada bagi jatah juga sama polisi ,makanya polisi juga ga ada yang berani kesini,nanti penontonnya jadi males kesini juga dek kalo ada polisi juga, tar yang ada penonton pada kabur kalo disini merasa ga aman “ mungkin menurut saya penonton yang merasa ga aman adalah penonton yang ingin berbuat maksiat di dalam bioskop,lalu ketika saya bergegas ingin memotret si bapak Karmin, bapak Karmin tidak mau lalu dia beralasan ingin menjaga theater atas lalu kita berdua pun,bingung mau masuk kedalam bioskop atau tidak,dengan suasana sekitar yang tidak mendukung banyak orang orang lalu lalang tidak jelas melihat kami dengan tatapan sinis,lalu kami keluar dari area bioskop itu lalu membeli minuman di pinggir jalan dan sepupu saya mengobrol dengan pria bersosok seperti preman ,dan info yang saya dapat dari sepupu saya telah berbincang bincang lama dengan preman itu yang tidak diketahui namanya, bahwa cover film yang diluar ,
ter lihat bahwa banyak cover film yang baru-baru seperti saat ini film Indonesia yang berjudul “ Magic Hour “menunjukan bahwa film tersebut di putar di dalam bioskop kumuh itu , tetapi kenyataannya dikatakan preman itu bahwa cover dan film yang di putar sangat jauh berbeda,katanya yang diputar adalah film “bokep” atau bahasa alusnya film porno lalu preman itu juga menuturkan “ lo sih di dalam ga nonton film ,malah lo nonton orang dan orangnya homo semua lagi,kalo ga percaya masuk aja kedalam kalo ada orang yang mau bayarin gue juga ogah “ lalu sepupu saya juga bertanya “ aman ga bro kalo gue masuk ke dalam sana kalo buat foto di dalamnya?” lalu preman menjawab “ nanti lo di dalam di tarik homo loh bro ada wartawan aja yang mau foto lansung di usir” lalu bisa disimpulkan jawaban preman dan pak karmin cukup sama bahwa di dalam bioskop itu banyak kaum sesama jenis yang suka melakukan tindakan asusila yang di tentang oleh agama,contohnya agama islam yang ketika nabi luth yang kaumnya bernama kaum Sodom yang sudah moralnya rusak melakukan perbuatan asusila sesama jenis,lalu kami memutuskan untuk balik ketempat bioskop itu,ketika sampai kami berniat untuk nekat masuk kedalam bioskop itu karena kami cukup penasaran ketika kami masih berdiri diri di depan theater sambil berfikir masuk atau tidak,ada sosok bapak tua yang kira kira berumur 50 taun mendekat kea rah kita lalu dia berkata “ Gak ke dalam mas filmnya bagus lho udah mulai juga,mau masuk bareng saya? Lalu saya dan sepupu saya dengan ketakutan lansung jalan keluar kea rah parkiran dan membatalkan niat saya datang ke dalam bioskop itu lalu saya melihat sekeliling saya banyak anak punk yang ngelem aibon.
Dan pengalaman pertama saya datang kebioskop tua itu sangatlah memberi kesan bahwa masih ada tempat yang sangat penuh dengan cerita-cerita aneh dan membuat orang terkejut ketika mendengarnya yang masyarakat luas belum tahu.
Rabin fiqih ibrahim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar