![]() |
sumber: Google |
Di malam hari yang dingin, angin dingin berhembus cukup kencang. Banyak
orang menyantap makanan mereka di tempat makan tenda yang biasa di sebut
Ropita. Di kawasan Jakarta Pusat,
Cikini. Tiba-tiba terdengarlah suara gemuruh yang sangat khas. Suara yang
sangat kencang, sampai kadang membuat orang menjadi takut. Namun juga ada orang
yang sangat menunggu-nunggu kehadirannya.
Tetapi yang kita ketahui, hal ini biasanya
hadir di klenteng atau di mall-mall. Jarang sekali hal ini muncul dipinggir
jalan. Langkah-langkah kaki para pemain, memegang drum yang siap dipukul.
Membuat semua hal itu menjadi lebih melelahkan. Tapi, memang harus dijalani.
Sebutan yang khas adalah barongsai. Menjelang
Tahun Baru China memang sangat marak kue keranjang, barongsai, dan angpao.
Semua nuansa dimana-mana berubah menjadi warna merah. Merah adalah ciri khas
dari Tahun Baru China ini. Sejarah barongsai ini juga cukup terkenal, kesenian barongsai mulai populer pada zaman dinasti
Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi. Saat itu pasukan dari raja Song
Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri
Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa
untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya
tarian barongsai melegenda hingga sekarang. Sejarah yang singkat, namun sampai
detik ini barongsai masih sangat dikenal.
Barongsai di Indonesia mengalami masa maraknya ketika zaman
masih adanya perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe
Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah
perkumpulan barongsai. Perkembangan barongsai kemudian berhenti pada tahun 1965
setelah meletusnya Gerakan 30 S/PKI. Karena situasi politik pada waktu itu, segala macam bentuk kebudayaan
Tionghoa di Indonesia dibungkam. Barongsai dimusnahkan dan tidak boleh
dimainkan lagi. Perubahan situasi politik yang terjadi di Indonesia setelah
tahun 1998 membangkitkan kembali kesenian barongsai dan kebudayaan Tionghoa
lainnya. Banyak perkumpulan barongsai kembali bermunculan. Berbeda dengan zaman
dahulu, sekarang tak hanya kaum muda Tionghoa yang memainkan barongsai, tetapi
banyak pula kaum muda pribumi Indonesia yang ikut serta.
![]() |
sumber: Google |
Pada zaman pemerintahan Soeharto,
barongsai sempat tidak diijinkan untuk dimainkan. Satu-satunya tempat di
Indonesia yang bisa menampilkan barongsai secara besar-besaran adalah di kota
Semarang, tepatnya di panggung besar kelenteng Sam Poo Kong atau dikenal juga
dengan Kelenteng Gedong Batu. Setiap tahun, pada tanggal 29-30 bulan enam
menurut penanggalan Tiong Hoa (Imlek),
barongsai dari keenam perguruan di Semarang, dipentaskan.
Sejarah singkat barongsai di Indonesia inilah
yang kadang dilupakan oleh kalangan orang-orang tertentu. Sekarang ini sedang
marak barongsai keliling yang diadakan oleh perguruan-perguruan. Salah satunya
adalah perguruan Barongsai bernama “Stiaja” didaerah Grogol, Jakarta Barat.
Salah satu anggota dari barongsai ini, yang bernama Risky ini mengatakan bahwa
memang sudah biasa dilakukan bila sudah dekat hari tahun baru China ini. Mereka
seperti mengamen. “kayak ngamen aja
jadinya mbak, nanti uangnya buat
disumbangin gitu.” Biasanya mereka
menyumbangkan uang hasil tersebut kepada panti asuhan. Unik memang, yang
biasanya barongsai dibayar mahal, atau main di mall-mall atau di acara
tertentu. Namun, perguruan barongsai Stiaja ini melakukan untuk hal-hal yang
terpuji.
![]() |
sumber: Google |
“Emang
kadang capek sih.. Kan dari sore sampe malem.” Kata Zulfi anak yang
bertugas didalam barongsai tersebut. Saat mereka sedang berjalan melakukan
tugasnya, sang pelatih tidak ikut menemani, karena ada acara-acara yang
diselenggarakan di mall-mall atau klenteng, kadang pelatih tersebut melatih
grup lain. Karena didalam perguruan banyak grup yang dilatih untuk menciptakan
gerakan-gerakan menjadi indah dan serasi dengan musik.
Harapan bagi para pemain barongsai ini, bahwa
semoga dengan adanya barongsai ini para penikmat makan malam yang dipinggir
jalan menjadi terhibur. “Barongsai mah bisa dimana aja sekarang hehe gak cuma
di mall-mall aja.” Lebih menghargai sesama itu sangat penting, dan juga dengan
adanya barongsai keliling ini masyarakat bisa lebih mengenal kebudayaan
Tionghoa.
Nama : Kezia Estefani
NIM : 00000000392
Tidak ada komentar:
Posting Komentar