19 September 2015

Menjelang Gong Xi Fa Cai, banyak Barongsai Keliling - Kezia Estefani 00000000392

sumber: Google

            Di malam hari yang dingin, angin dingin berhembus cukup kencang. Banyak orang menyantap makanan mereka di tempat makan tenda yang biasa di sebut Ropita. Di kawasan  Jakarta Pusat, Cikini. Tiba-tiba terdengarlah suara gemuruh yang sangat khas. Suara yang sangat kencang, sampai kadang membuat orang menjadi takut. Namun juga ada orang yang sangat menunggu-nunggu kehadirannya.
Tetapi yang kita ketahui, hal ini biasanya hadir di klenteng atau di mall-mall. Jarang sekali hal ini muncul dipinggir jalan. Langkah-langkah kaki para pemain, memegang drum yang siap dipukul. Membuat semua hal itu menjadi lebih melelahkan. Tapi, memang harus dijalani.
Sebutan yang khas adalah barongsai. Menjelang Tahun Baru China memang sangat marak kue keranjang, barongsai, dan angpao. Semua nuansa dimana-mana berubah menjadi warna merah. Merah adalah ciri khas dari Tahun Baru China ini. Sejarah barongsai ini juga cukup terkenal, kesenian barongsai mulai populer pada zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi. Saat itu pasukan dari raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda hingga sekarang. Sejarah yang singkat, namun sampai detik ini barongsai masih sangat dikenal.
Barongsai di Indonesia mengalami masa maraknya ketika zaman masih adanya perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai. Perkembangan barongsai kemudian berhenti pada tahun 1965 setelah meletusnya Gerakan 30 S/PKI. Karena situasi politik pada waktu itu, segala macam bentuk kebudayaan Tionghoa di Indonesia dibungkam. Barongsai dimusnahkan dan tidak boleh dimainkan lagi. Perubahan situasi politik yang terjadi di Indonesia setelah tahun 1998 membangkitkan kembali kesenian barongsai dan kebudayaan Tionghoa lainnya. Banyak perkumpulan barongsai kembali bermunculan. Berbeda dengan zaman dahulu, sekarang tak hanya kaum muda Tionghoa yang memainkan barongsai, tetapi banyak pula kaum muda pribumi Indonesia yang ikut serta.
sumber: Google
Pada zaman pemerintahan Soeharto, barongsai sempat tidak diijinkan untuk dimainkan. Satu-satunya tempat di Indonesia yang bisa menampilkan barongsai secara besar-besaran adalah di kota Semarang, tepatnya di panggung besar kelenteng Sam Poo Kong atau dikenal juga dengan Kelenteng Gedong Batu. Setiap tahun, pada tanggal 29-30 bulan enam menurut penanggalan Tiong Hoa (Imlek), barongsai dari keenam perguruan di Semarang, dipentaskan.
Sejarah singkat barongsai di Indonesia inilah yang kadang dilupakan oleh kalangan orang-orang tertentu. Sekarang ini sedang marak barongsai keliling yang diadakan oleh perguruan-perguruan. Salah satunya adalah perguruan Barongsai bernama “Stiaja” didaerah Grogol, Jakarta Barat. Salah satu anggota dari barongsai ini, yang bernama Risky ini mengatakan bahwa memang sudah biasa dilakukan bila sudah dekat hari tahun baru China ini. Mereka seperti mengamen. “kayak ngamen aja jadinya mbak, nanti uangnya buat disumbangin gitu.” Biasanya mereka menyumbangkan uang hasil tersebut kepada panti asuhan. Unik memang, yang biasanya barongsai dibayar mahal, atau main di mall-mall atau di acara tertentu. Namun, perguruan barongsai Stiaja ini melakukan untuk hal-hal yang terpuji.
sumber: Google
Emang kadang capek sih.. Kan dari sore sampe malem.” Kata Zulfi anak yang bertugas didalam barongsai tersebut. Saat mereka sedang berjalan melakukan tugasnya, sang pelatih tidak ikut menemani, karena ada acara-acara yang diselenggarakan di mall-mall atau klenteng, kadang pelatih tersebut melatih grup lain. Karena didalam perguruan banyak grup yang dilatih untuk menciptakan gerakan-gerakan menjadi indah dan serasi dengan musik.
Harapan bagi para pemain barongsai ini, bahwa semoga dengan adanya barongsai ini para penikmat makan malam yang dipinggir jalan menjadi terhibur. “Barongsai mah bisa dimana aja sekarang hehe gak cuma di mall-mall aja.” Lebih menghargai sesama itu sangat penting, dan juga dengan adanya barongsai keliling ini masyarakat bisa lebih mengenal kebudayaan Tionghoa.          

            

Nama : Kezia Estefani
NIM : 00000000392

Tidak ada komentar:

Posting Komentar