Prediksi Hubungan RI – AUSTRALIA
di bawah Malcolm Turnbull
Oleh: Natasha Adriana
Malcolm Turnbull berhasil menjabat sebagai Perdana
Menteri Australia yang ke - 29 menggantikan Tony Abott, dengan perolehan suara
54 :44 dalam voting
internal Partai Liberal pada bulan September kemarin di Gedung Parlemen,
Canberra. Terpilihnya Malcolm Turnbull tentu menimbulkan
berbagai prediksi akan adanya perubahan pada hubungan politik Australia dengan
Negara- negara lain di bawah pemerintahan yang baru, khususnya bagi Indonesia
yang merupakan Negara tetangga Australia.
Gagalnya
Tony Abott mempertahankan kekuasaanya di parlemen diketahui akibat tidak adanya
perubahan signifikan terhadap penanganan isu fluktuasi ekonomi nasional yang
dihadapi Australia dalam setahun belakangan. Ini membuktikan bahwa Abott tidak
mampu menepati janjinya saat pemilihan umum tahun 2013. Hal tersebut juga yang
mendorong warga Australia untuk lebih memilih Turnbull sebagai pengganti Abott
dengan berharap adanya dampak positif yang dapat diberikan.
Selama dua tahun terakhir di bawah kepemimpinan Abbott, hubungan
Indonesia-Australia cenderung tegang dan tak produktif. Beberapa kasus tersebut
antara lain, keengganan meminta maaf atas tragedi penyadapan intelijen
Australia terhadap Presiden Yudhoyono dan keluarga juga beberapa menteri di Kabinet
Indonesia Bersatu pada tahun 2012 , lalu isu pembelian kapal Indonesia oleh
imigran gelap yang menyeberang ke Australia dan dukungan atas kebijakan petugas
perbatasan Australia yang menyuap para nakhoda kapal pengangkut imigran gelap
untuk kembali ke Indonesia pada tahun 2015. Kemudian yang paling kontroversial
adalah saat Abbott mengaitkan bantuan tsunami Aceh dengan upaya keringanan
hukuman bagi dua terpidana mati kasus Bali Nine bulan April yang lalu .
Pola pemerintahan Malcolm Turnbull tampaknya akan berbeda dengan
kepemimpinan di bawah Abbott. “Karena
Malcolm Turnbull baru saja menjabat, sebenarnya kita belum bisa melihat
bagaimana kinerja dari Malcolm Turnbull. Tetapi sepertinya pergantian perdana
mentri ini membuahkan hasil yang positif, seperti, Malcolm Turnbull akan
mengubah pandangan terhadap Australia di Asia – Pasifik. Turnbull akan membuat
Australia terlihat seperti tanah harapan, bukan lagi ancaman seperti apa yang
telah ditempuh Tony Abbott” jelas Amelia J.R Liwe yang merupakan expertise
foreign policy sekaligus Dosen Philosophy (Southeast Asian History). Menurutnya,
Tony Abbott sebelumnya dinilai sebagai orang yang “terlalu ideologis”, dan
dengan pergantian oleh Malcolm Turnbull yang dinilai lebih pragmatis serta
dapat lebih mengendalikan diri, diprediksikan
Australia tidak akan membuat kebijakan imigrasi seketat atau sekeras
sebelumnya.
Salah satu Australian
citizen yang mengikuti isu politik, Al Westing(27) berpendapat bahwa naiknya
Turnbull menjadi PM Australia yang baru nampaknya membawa dampak perubahan yang
lebih signifikan kearah ekonomi dan landasan sosialnya daripada aspek militer
.“With the rise of Turnbull, republicanism takes over monarchism in Australia.
Australia can turn a
new page toward liberal values in government.
The most infamous difference between Abbott and Turnbull on human rights issues was over marriage equality.” kata Westing.
The most infamous difference between Abbott and Turnbull on human rights issues was over marriage equality.” kata Westing.
Terlepas dari
perbedaan karakter yang dimiliki oleh kedua pemerintahan tersebut , Australia
di bawah kepemimpinan Turnbull sudah sepatutnya berkomitmen lebih besar memperbaiki
relasi Indonesia-Australia. Kita juga berharap Indonesia dapat memperluas
hubungan komunikasi yang baik dengan Australia baik dari segi ekonomi, politik,
maupun sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar