25 Oktober 2015

Prediksi Hubungan RI – AUSTRALIA
di bawah Malcolm Turnbull
Oleh: Natasha Adriana


Malcolm Turnbull berhasil menjabat sebagai Perdana Menteri Australia yang ke - 29 menggantikan Tony Abott, dengan perolehan suara 54 :44 dalam voting internal Partai Liberal pada bulan September kemarin di Gedung Parlemen, Canberra. Terpilihnya Malcolm Turnbull tentu menimbulkan berbagai prediksi akan adanya perubahan pada hubungan politik Australia dengan Negara- negara lain di bawah pemerintahan yang baru, khususnya bagi Indonesia yang merupakan Negara tetangga Australia.
Gagalnya Tony Abott mempertahankan kekuasaanya di parlemen diketahui akibat tidak adanya perubahan signifikan terhadap penanganan isu fluktuasi ekonomi nasional yang dihadapi Australia dalam setahun belakangan. Ini membuktikan bahwa Abott tidak mampu menepati janjinya saat pemilihan umum tahun 2013. Hal tersebut juga yang mendorong warga Australia untuk lebih memilih Turnbull sebagai pengganti Abott dengan berharap adanya dampak positif yang dapat diberikan.

Selama dua tahun terakhir di bawah kepemimpinan Abbott, hubungan Indonesia-Australia cenderung tegang dan tak produktif. Beberapa kasus tersebut antara lain, keengganan meminta maaf atas tragedi penyadapan intelijen Australia terhadap Presiden Yudhoyono dan keluarga juga beberapa menteri di Kabinet Indonesia Bersatu pada tahun 2012 , lalu isu pembelian kapal Indonesia oleh imigran gelap yang menyeberang ke Australia dan dukungan atas kebijakan petugas perbatasan Australia yang menyuap para nakhoda kapal pengangkut imigran gelap untuk kembali ke Indonesia pada tahun 2015. Kemudian yang paling kontroversial adalah saat Abbott mengaitkan bantuan tsunami Aceh dengan upaya keringanan hukuman bagi dua terpidana mati kasus Bali Nine bulan April yang lalu .

 Pola pemerintahan Malcolm Turnbull tampaknya akan berbeda dengan kepemimpinan di bawah Abbott. “Karena Malcolm Turnbull baru saja menjabat, sebenarnya kita belum bisa melihat bagaimana kinerja dari Malcolm Turnbull. Tetapi sepertinya pergantian perdana mentri ini membuahkan hasil yang positif, seperti, Malcolm Turnbull akan mengubah pandangan terhadap Australia di Asia – Pasifik. Turnbull akan membuat Australia terlihat seperti tanah harapan, bukan lagi ancaman seperti apa yang telah ditempuh Tony Abbott” jelas Amelia J.R Liwe yang merupakan expertise foreign policy sekaligus Dosen Philosophy (Southeast Asian History). Menurutnya, Tony Abbott sebelumnya dinilai sebagai orang yang “terlalu ideologis”, dan dengan pergantian oleh Malcolm Turnbull yang dinilai lebih pragmatis serta dapat  lebih mengendalikan diri, diprediksikan Australia tidak akan membuat kebijakan imigrasi seketat atau sekeras sebelumnya.

 Salah satu Australian citizen yang mengikuti isu politik, Al Westing(27) berpendapat bahwa naiknya Turnbull menjadi PM Australia yang baru nampaknya membawa dampak perubahan yang lebih signifikan kearah ekonomi dan landasan sosialnya daripada aspek militer .“With the rise of Turnbull, republicanism takes over monarchism in Australia. Australia can turn a new page toward liberal values in government.

The most infamous difference between Abbott and Turnbull on human rights issues was over marriage equality.” kata Westing.

Terlepas dari perbedaan karakter yang dimiliki oleh kedua pemerintahan tersebut , Australia di bawah kepemimpinan Turnbull sudah sepatutnya berkomitmen lebih besar memperbaiki relasi Indonesia-Australia. Kita juga berharap Indonesia dapat memperluas hubungan komunikasi yang baik dengan Australia baik dari segi ekonomi, politik, maupun sosial.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar