Awal bulan ini, 1
Oktober 2015, tepat 50 tahun yang lalu yaitu tanggal 1 Oktober 1965 sebuah
peristiwa berdarah yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI) telah menjadi
sejarah yang kelam bagi bangsa Indonesia. 6 Jendral dan 1 perwira TNI menjadi korban pembantain
mereka yang biasa disebut sebagai G30-S/PKI (Gerakan 30 September Partai
Komunis Indonesia)yang hendak melakukan kudeta di negeri ini . Ketujuh korban
itu adalah Letnan Jenderal Anumerta S.
Parman, Kapten Peiere Andreas Tandean, Letnan
Jenderal Anumerta Suprapto, Jenderal TNI Anumerta
Yani , Letnan Jenderal Anumerta M.T.Haryono, Mayor Jenderal
Anumerta Donald Isac Panjaitan, dan Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo.
Ketujuh orang inilah yang tidak setuju dengan niat PKI untuk menjadikan
Indonesia sebagai Negara komunis, kecuali Kapten Pierre Tendean yang merupakan
ajudan Jendral Nasution yang merupakan korban salah tangkap. Satu persatu para Jendral dijemput
ke rumah mereka secara paksa, yang menolak atau berusaha melawan mereka siksa
bahkan ada yang langsung dihujani peluru di rumahnya sendiri, didepan keluarga
mereka. Lalu setelah dijemput secara paksa para Jendral itu pun langsung dibawa
ke sebuah desa Lubang Buaya, Pondokgede, Jakarta Timur. Menurut cerita dalam
searah, Jendral yang diculik masih dalam keadaan hidup, mereka dianiaya secara
biadab oleh PKIsebelum ditembak mati . Lalu setelah pembantaian usai, mayat
para jendral dan 1 perwira itu dikubur dan ditumpuk menjadi satu di dalam sebuah sumur tua di Lubang
Buaya.
Penemuan jenazah
ketujuh anggota TNI AD pada 3 Oktober 1965 tersebut tidak lepas dari peran
Sukitman, seorang polisi yang pada 1 Oktober 1965 dipaksa dan dibawa ke Lubang
Buaya oleh komplotan Gerakan 30 September. Pada saat itu, diketahu Sukitman
sedang berpatroli di daerah Iskandarsyah, dekat rumah Jendral D.I Panjaitan,
Jendral yang menjadi salah satu dari 7 korban
yang dibunuh PKI . Lalu Sukitman ditemukan
oleh pasukan Resimen Tjakrabirawa dimana ia diperiksa dan diinterogasi. Setelah
mempelajari keterangan Sukitman, mereka langsung menuju Lubang Buaya dan
menemukan sebuah pondok kecil yang terlihat mencurigakan yang tertutupi
daun-daunan. Sampai tengah malam, setelah melakukan penggalian cukup dalam,
mulai tecium bau tidak sedap dan setalah digali lagi, akhirnya ditemukan jenzah
ketujuh anggota TNI AD. Tanggal 4 Oktober, setelah beberapa hari jenazah-jenazah itu terkubur, pasukan KKO
dipimpin oleh Komandan KIPAM KKO-AL Kapten Winanto, dengan peralatan pernafasan
selam, melakukan evakuasi jenazah pahlawan revolusi. Satu persatu pasukan KKO
turun ke dalam lubang yang sempit itu. Dan akhirnya ketujuh jenazah berhasil
diangkat dari sumur tua sempit itu.
Pada 5 Oktober 19564,
saat matahari di atas Kota Jakarta sudah tinggi, ke-7 jenazah itu dimakamkan di
TMP Kalibata dengan upacara militer super lengkap. Kini, ketujuh anggota TNI
itu kita kenal sebagai Pahlawan Revolusi.
sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-sukitman-penemu-lokasi-jenazah-jenderal-di-lubang-buaya.html, http://www.jurnal3.com/hasil-otopsi-7-jenazah-pahlawan-revolusi-utuh-semua/
sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-sukitman-penemu-lokasi-jenazah-jenderal-di-lubang-buaya.html, http://www.jurnal3.com/hasil-otopsi-7-jenazah-pahlawan-revolusi-utuh-semua/
Feizal Kemal Santoeso
00000002079
Tidak ada komentar:
Posting Komentar