From Zero to Hero,
inilah julukan yang tepat bagi Houtman
Zainal Arifin (alm), yang kerap di sapa Houtman. Di balik kesuksesannya menjadi
Vice President Citibank Indonesia, tenyata dahulunya beliau hanyalah seorang
pedagang asongan, anak jalanan dan seorang office boy yang hanya lulusan SMA.
Oleh : Evita Bella (00000001934)
Houtman mengawali kariernya di Jakarta
pada tahun 60-an, Ia memilih untuk pindah ke Jakarta dari daerah asalnya Kediri
Jawa Timur untuk mengubah nasibnya. Namun, kenyataannya pekerjaan sangat sulit
diperoleh di Jakarta, Houtman yang saat itu hanya lulusan SMA tak punya pilihan
banyak dalam memilih pekerjaan. Ia akhirnya menjadi pedagang asongan untuk
bertahan hidup. Houtman sering menghabiskan harinya dari jalan raya ke lampu
merah kemudian ke kolong jembatan untuk menjajakan dagangannya. Panas terik tak
dihiraukannya demi menjaga agar perut dapat terisi.
Namun hidup yang sulit tak lantas
melunturkan tujuannya untuk hidup lebih layak di kota. Suatu hari ketika
Houtman beristirahat di kolong jembatan sehabis menjajakan dagangannya, ia
melihat kendaraan bagus berseliweran dihadapannya, penumpangnya berpakaian
necis, bermobil yang ada pendinginnya dan tentunya punya banyak uang. Dalam hati
Houtman ingin seperti mereka, saat itulah tekadnya bulat. Ia harus bisa mencapai
kehidupan seperti mereka. Tekad yang bulat untuk merubah nasib membuatnya
berfikir tentang jalan apa yang harus ia tempuh untuk mencapai cita-cita yang
diinginkannya yaitu hidup layak dan berkecukupan. Segera ia membuat lamaran
pekerjaan yang kemudian dikirimkannya di tiap gedung perkantoran yang ia
ketahui. Setiap rupiah yang ia hasilkan dari menjajakan dagangan, ia sisihkan
untuk membiayai lamaran pekerjaannya.
Suatu hari Houtman mendapat panggilan
kerja dari sebuah perusahaan terkemuka di dunia, The First Nasional City Bank
(Citibank), sebuah bank yang terkenal asal USA. Ia diterima bekerja sebagai
office boy. Kedudukan paling bawah dari hierarki suatu perusahaan, ya... office
boy. Tugasnya setiap hari adalah membersihkan ruangan kantor, wc, ruang kerja
karyawan, terkadang juga disuruh untuk membelikan ini dan itu di luar kantor. Namun
ia yakin bahwa itu adalah pintu utama yang akan mengantarkannya ke gerbang
kesuksesan sesuai dengan keinginannya. Setiap hari Houtman menjalankan
pekerjaannya secara iklas dan sungguh-sungguh. Walaupun sering ia mendapatkan
perlakuan yang terkesan merendahkan dirinya lantaran hanya menjadi office boy
namun Houtman tetap sabar dengan itu semua. Selain dari itu Houtman sering
membantu staf lainnya menyelesaikan pekerjaannya secara sukarela. Houtman yakin
dengan membantu pekerjaan staf lain ia akan tahu berbagai jenis tugas kantor
yang lain sehingga skill nya akan bertambah, selain itu ia juga lebih disenangi
teman-temannya karena sangat senang membantu orang lain. Sewaktu ia membantu
staf lainnya, ia semakin memahami pekerjaan lain dikantor. Ia jadi mengetahui
istilah-istilah bank yang sedemikian rumitnya walau sering saat bertanya ia
menjadi bahan tertawaan karyawan lainnya karena pertanyaannya terkesan “aneh”.
Seiring waktu ia jadi faham istilah-istilah
perbankan seperti kliring, Letter of Credit, Bank Garansi, Transfer, dan lain
sebagainya. Ada juga temannya yang sirik sering mengatainya, ngapain OB aja kok
ingin tahu hal-hal seperti itu, jadi OB ya OB sajalah gak perlu aneh-aneh.
Mendengar itu Houtman tak marah namun ia cuma tersenyum.
Saat itu ada sebuah mesin yang bisa
memperbanyak dokumen secara cepat, yang bernama mesin foto copy. Waktu itu
mesin foto copy barusan dipasarkan dan harganya masih mahal sehingga sedikit
kantor yang memilikinya. Diantara kantor-kantor tersebut, kantor Houtman,
Citibank sudah memilikinya, namun yang dapat mengoperasikannya hanya satu
orang. Houtman sering mengamati orang tersebut dan ia menawarkan diri untuk
diajari selepas jam kerja. Orang tersebut mau menunjukkan cara kerjanya. Houtma
akhirnya mahir mengoperasikannya. Suatu hari orang yang bertugas mengoperasikan
mesin foto copy sakit dan tidak masuk, pas lah Houtman yang menggantikannya.
Karena hanya dia yang bisa melakukan itu. Semenjak saat itu Houtman naik jabatan
dari OB menjadi tukang foto copy.
Naiknya jabatan Houtman mebuatnya semakin
percaya diri, namun ia tidak cepat berpuas diri. Masih banyak jalan yang harus
ia lalui untuk mencapai impiannya sewaktu ia masih menjadi pedagang asongan. Di
sela-sela waktunya menjadi tukang foto copy ia sering menawarkan diri membantu
karyawan lain mengerjakan pekerjaan kantor yang lebih sulit dan rumit, ia
melakukannya dengan Cuma-Cuma karena ingin belajar hal lain. “Bener mau
bantuin, tapi gak boleh salah lho, ntar aku yang dimarahin bos,” begitu celetuk
salah seorang karyawan saat Houtman menawarkan dirinya. Akhirnya Houtman diberi
tugas membubuhkan stempel pada Cek, Bilyet Giro dan dokumen lainnya pada kolom
tertentu. Houtman melakukannya dengan hati-hati dan tak mau membuat kesalahan.
Butuh ber jam-jam menyelesaikan tugas tersebut karena stempel tersebut harus di
bubuhkan tepat di kolom tersebut tak boleh melenceng sedikitpun.
Selama
mengerjakan tugas itu, Houtman tidak hanya membubuhkan stempel namun ia juga
membaca dokumen tersebut yang membuat dirinya tahu akan teknis perbankan. Kelak
pengetahuan ini sangat membantu Houtman pada pencapaian karir yang tak pernah
terbayangkan olehnya. Dari pekerjaan sampingannya tersebut ia jadi cepat
menguasai berbagai pekerjaan yang diberikan dan selalu mengerjakan tugasnya
dengan baik.Dia juga semakin terkenal di kalangan karyawan Citibank lainnya
karena sangat ringan tangan membantu staf lainnya. Para staf pun tak segan
berbagi ilmu padanya. Sampai suatu hari ia diangkat menjadi pegawai bank karena
prestasi dan kompetensinya walau ia hanya lulusan SMA.
Pengangkatan Houtman ini banyak mendapat
cibiran dari teman-temannya, namun Houtman tak menggubrisnya. Saat memangku
jabatan barunya sebagai pegawai bank di Citibank, ia tetap haus akan ilmu. Ia
tetap ringan tangan dalam membantu staf lain dengan harapan mendapatkan ilmu
lainnya. Houtman tak pernah lama memangku suatu jabatan, karirnya melesat bak
anak panah melesat dari busurnya. Hingga suatu hari setelah 19 tahun ia menjadi
office boy di Citibank, ia diangkat menjadi Vice President Citibank di
Indonesia. Sebuah jabatan puncak Citibank di Indonesia.
Hingga saat ini belum ada yang bisa
mengalahkan rekor Houtman dalam berkarir, seorang OB yang hanya lulusan SMA
mampu pensiun dengan berbagai jabatan yang pernah diembannya, seperti ia pernah
menjadi staf ahli Citibank Asia Pasifik, menjadi penasehat keuangan salah satu
Gubernur, menjabat CEO di berbagai perusahaan dan menjadi inspirator bagi
banyak orang. Houtman sering diundang di berbagai seminar sebagai narasumber
untuk berbagi pengalamannya selama ini sehingga banyak orang terinspirasi oleh
kisah hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar